Senin, 20 Juni 2011

mantan presiden divonis 35 tahun



TUNIS, KOMPAS.com — Pengadilan Tunisia, Senin (20/6/2011), menjatuhkan hukuman 35 tahun penjara kepada mantan presiden Zine El Abidine Ben Ali dan istrinya, Leila Trabelsi, setelah mendapati mereka bersalah atas pencurian dan kepemilikan tidak sah uang dan permata.

Mantan pasangan nomor satu Tunisia itu diadili secara in absentia karena keduanya kini berada di Arab Saudi.

Hakim yang membacakan putusan dan hukuman di ruang pengadilan setelah hanya sehari pertimbangan mendalam juga memutuskan Ben Ali dan istrinya harus membayar denda semuanya 91 juta dinar Tunisia (Rp 565 miliar).

Hakim itu menyatakan putusan mengenai tuduhan lainnya, terkait dengan kepemilikan tidak sah obat bius dan senjata, akan disampaikan pada 30 Juni, menurut wartawan Reuters yang berada di ruang pengadilan itu.

hukum makanan dalam islam

Apa yang kita lakukan apabila dihidangkan kepada kita daging untuk dimakan sedangkan kita tidak tahu apakah disembelih atas nama Allat atau tidak ? Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjawab di dalam Fatawa Nur ‘Alad Darbi sebagai berikut : “Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari yang bersumber dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anhu : “Bahwasanya ada suatu kaum yang berkata kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesungguhnya ada satu kelompok manusia yang datang kepada kami dengan membawa daging, kami tidak tahu apakah disembelih atas nama Allah ataukah tidak ? Maka beliau menjawab : “Sebutlah nama Allah oleh kamu atasnya dan makanlah”. Aisyah menjawab, “Mereka pada saat itu masih baru meninggalkan kekufuran” [Riwayat Imam Al-Bukhari, Hadits no. 2057]Maksudnya, mereka baru masuk Islam. Dan orang seperti mereka kadang-kadang tidak banyak mengetahui hukum-hukum secara rinci yang hanya diketahui oleh orang-orang yang sudah lama tinggal bersama kaum Muslimin. Namun begitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada mereka (para penanya) agar pekerjaan mereka diselesaikan oleh mereka sendiri, seraya bersabda : “Sebutlah nama Allah oleh kamu atasnya”, yang maksudnya adalah : Bacalah bismillah atas makanan itu lalu makanlah.

Adapun apa yang dilakukan oleh orang lain selain anda, dari orang-orang yang perbuatannya dianggap sah, maka harus diyakini sah, tidak boleh dipertanyakan. Sebab mempertanyakannya termasuk sikap berlebihan. Kalau sekiranya kita mengharuskan diri kita untuk mempertanyakan tentang hal seperti itu, maka kita telah mempersulit diri kita sendiri, karena adanya kemungkinan setiap makanan yang diberikan kepada kita itu tidak mubah (tidak boleh), padahal siapa saja yang mengajak anda untuk makan, maka boleh jadi makanan itu adalah hasil ghashab (mengambil tanpa diketahui pemiliknya) atau hasil curian, dan boleh jadi berasal dari uang yang haram, dan boleh jadi daging yang ada di makanan tidak disebutkan nama Allah (waktu disembelih). Maka termasuk dari rahmat Allah kepada hamba-hambaNya adalah bahwasanya suatu perbuatan, apabila datangnya dari ahlinya, maka jelas ia mengerjakannya secara sempurna hingga bersih dari dzimmah (beban) dan tidak perlu menimbulkan kesulitan bagi orang lain.”

Selanjutnya di dalam Majalah Al-Muslimun, edisi 2, Syaikh Muhamamd bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan : “Ayam impor dari negara asing, yakni non Islam, jika yang menyembelihnya adalah ahlul kitab, yaitu yahudi atau nashrani maka boleh dimakan dan tidak sepantasnya dipertanyakan bagaimana cara penyembelihannya atau apakah disembelih atas nama Allah atau tidak ? Yang demikian itu karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah makan daging domba yang dihadiahkan oleh seorang perempuan yahudi kepadanya di Khaibar, dan beliau juga memakan makanan ketika beliau di undang oleh seorang yahudi, yang di dalam makan itu ada sepotong gajih dan beliau tidak menanyakan bagaimana mereka menyembelihnya atau apakah disembelih dengan menyebut nama Allah atau tidak ?!Di dalam Shahih Bukhari diriwayatkan : “Bahwasanya ada sekelompok orang yang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Sesungguhnya ada suatu kaum yang datang kepada kami dengan membawa daging, kami tidak tahu apakah disembelih atas nama Allah atau tidak. Maka beliau menjawab, “Bacalah bismillah atasnya oleh kamu dan makanlah” Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata : Mereka pada saat itu masih baru meninggalkan kekafiran.
Di dalam hadits-hadits diatas terdapat dalil yang menunjukkan bahwa tidak selayaknya (bagi kita) mempertanyakan tentang bagaimana real penyembelihannya jika yang melakukannya orang yang diakui kewenangannya. Ini adalah merupakan hikmah dari Allah dan kemudahan dariNya ; sebab jika manusia dituntut untuk menggali syarat-syarat mengenai wewenang yang sah yang mereka terima, niscaya hal itu akan menimbulkan kesulitan dan membebani diri sehingga menyebabkan syari’at ini menjadi syari’at yang sulit dan memberatkan.

Adapun kalau hewan potong itu datang dari negara asing dan orang yang melakukan penyembelihannya adalah orang yang tidak halal sembelihannya, seperti orang-orang majusi dan penyembah berhala serta orang-orang yang tidak menganut ajaran agama (atheis), maka ia tidak boleh dimakan, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak membolehkan sembelihan selain kaum Muslimin, kecuali orang-orang ahlu kitab, yaitu yahudi dan nashrani. Apabila kita meragukan orang yang menyembelihnya, apakah berasal dari orang yang halal sembelihannya ataukah tidak, maka yang demikian itu tidak apa-apa.

Para fuqaha (ahli fiqih) berkata : “Apabila anda menemukan sesembelihan dibuang di suatu tempat yang sembelihan mayoritas penduduknya halal, maka sembelihan itu halal”, hanya saja dalam kondisi seperti ini kita harus menghindari dan mencari makanan yang tidak ada keraguannya. Sebagai contoh : Kalau ada daging yang berasal dari orang-orang yang halal sembelihannya, lalu sebagian mereka ada yang menyembelih secara syar’i dan pemotongan benar-benar dilakukan dengan benda tajam, bukan dengan kuku atau gigi ; dan sebagian lagi ada yang menyembelih secara tidak syar’i, maka tidak apa memakan sembelihan yang berasal dari tempat itu bersandarkan kepada mayoritas, akan tetapi sebaiknya menghindarinya karena sikap hati-hati.”Ditanya mengenai hal ini, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin berpendapat dalam Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-1, hal 387-388 Darul Haq, sebagai berikut :“Kami nasehatkan agar tidak makan daging syubhat (masih diragukan) yang ada di situ, sebab boleh jadi tidak halal. Sebab biasanya orang-orang Amerika tidak mempunyai komitmen dengan penyembelihan syar’i, yaitu penyembelihan dengan pisau yang tajam, menghabiskan semua darahnya dan menyebut nama Allah atasnya. Kebanyakan penyembelihan mereka dilakukan dengan sengatan listrik atau dicelup ke dalam air panas supaya kulit dan bulunya terkelupas dengan mudah agar timbangannya bertambah berat karena menetapnya darah di dalam daging. Dan di sisi lain mereka tidak mengakui adanya keharusan menyebut nama Allah di saat menyembelih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Janganlah kamu memakan hewan yang disembelih tidak menyebutkan nama Allah atasnya” [Al-An’am : 121]. Allah Subhanahu wa Ta’ala membolehkan kita memakan sembelihan ahlul kitab, karena dahulu mereka menyebut nama Allah ta’aala ketika menyembelihnya dan mereka lakukan dengan pisau hingga darahnya habis tuntas melalui tempat sembelihan.
Demikianlah dahulu kebiasaan mereka, mereka lakukan itu karena mereka komitmen kepada ajaran yang ada di dalam Kitab Suci yang mereka akui. Sedangkan pada abad-abad belakangan ini mereka sudah tidak mengetahui ajaran yang ada di dalam Kitab Suci mereka, maka mereka menjadi seperti orang-orang murtad. Maka dari itu kami berpendapat untuk tidak memakan hewan sembelihan mereka, kecuali jika dapat dipastikan mereka menyembelihnya secara syar’i.
Maka berdasarkan penjelasan diatas kami berpendapat : Dilarang makan daging syubhat (diragukan) yang ada di restaurant cepat saji tersebut, dan kalian memakan ikan saja di restoran-restoran atau memilih restoran Islam yang pemiliknya komitmen dengan sembelihan secara syar’i atau kalian sendiri yang melakukan penyembelihan hewan, seperti ayam dan hewan ternak berkaki empat lainnya.
Jadi kalian tidak makan kecuali sembelihan orang yang kalian percayai dan orang Muslim atau ahlul kitab. Walahu a’lam.”

Mengenai daging import dan keju dari Negara non muslim, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rohimahullah berpendapat dalam Majmu’ah Fatawa Al-Madina Al-Munawarah, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Albani, Penulis Muhammad Nashiruddin Al-Albani Hafidzzhullah, Penerjemah Adni Kurniawan, Penerbit Pustaka At-Tauhid, sebagai berikut :“Daging (import) ini ada dua kemungkinan yaitu hewan yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan. Hewan yang boleh dimakan terbagi menjadi dua kemungkinan :
Pertama, Sembelihan ahli kitab, ini bisa berupa disembelih secara syari’at maka halal dimakan. Sedangkan dibunuh dengan cara (yang tidak syar’i), maka haram dimakan, karena kita tidak mengetahuinya dengan jelas. Nabi Shalallahu’alaihi wasalam bersabda : “Tinggalkan apa yang meragukanmu, lakukan apa yang tidak meragukanmu”.
Yang kedua, Bukan sembelihan ahli kitab, maka hukumnya haram. Daging hewan yang tidak dimakan sembelihannya (hewan yang haram dimakan) maka ini hukumnya haram. Adapun mengenai keju maka tidak haram hukumnya, karena para sahabat rodhiyallahuanhum memakan keju yang mereka peroleh dari negeri
Persia. Dan senyawa penyusunan keju tersebut yang diambil dari hewan yang tidak disembelih secara Islami, maka senyawa tersebut najis dan haram. Dan di sini tidak ada bedanya apakah hewan tersebut disembelih atau tidak.
Mengenai perbuatan para sahabat yaitu memakan keju yang mereka peroleh dari
Persia membukakan suatu pintu (bab) fiqih bagi kita yang jarang dibahas orang.
Lihatlah! senyawa najis ini dalam prosesnya dicampur dalam susu yang jumlahnya sangat besar. Coba kita bandingkan dengan air suci yang turun dari langit dalam jumlah yang sangat banyak dalam suatu penampungan. Kemudian air tersebut kemasukan sedikit najis. Bolehkah kita meminum air ini dan bersuci dengannya ? Boleh, karena najis tersebut tidak mengalahkan kesucian air tersebut, dan sifat air itu tetap seperti semula yaitu suci dan mensucikan. Maka demikian pula dengan susu tersebut, ia suci dan boleh diminum.
Dan seandainya susu yang tercampur senyawa najis tersebut berubah menjadi keju, maka di sini aku sama sekali tidak dapat memberikan suatu pendapat. Akan tetapi jika ada sebagian ahli kimia yang meneliti bahwa keju dari susu yang tercampur senyawa najis tersebut telah berubah menjadi senyawa atau materi lain, maka masalah ini menjadi lebih mudah (ia menjadi halal –pent)
Adapun jika ternyata senyawa tersebut masih dalam hakikat semula, tetapi ia teramat kecil bila dibandingkan jumlah susu yang telah berubah menjadi keju, maka jawabnya adalah sebagaimana yang baru saja disebutkan (ia menjadi halal, -pent). Perubahan materi sangat berpotensi merubah hukum-hukum syar’i. Dan perubahan materi termasuk sesuatu yang bisa mensucikan benda-benda yang najis dalam syariat Islamiyah.
Khamr diharamkan karena memabukkan. Tapi jika khamr tersebut mengalami perubahan dan menjadi cuka, maka cuka tersebut tidak lagi memabukkan dan hukumnyapun menjadi halal. Jadi cuka ini boleh diminum karena tidak memabukkan dan tidak pula najis.”

Selanjutnya Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan memfatwakan mengenai daging import dalam Kitab Al-Muntaqa min Fatawa Fadhilatisy Syaikh Shalih bin Fauzan, 5/320-321, sebagai berikut : “Daging yang diimport dari selain negeri kaum muslimin, ada dua jenis.
Pertama : Daging-daging itu berasal dari negeri Ahli Kitab, maksudnya negeri yang penduduknya beragama Nasrani atau Yahudi, dan yang melakukan penyembelihan adalah salah seorang Ahli Kitab dengan penyembelihan yang sesuai syariat.
Daging jenis ini halal dikonsumsi oleh kaum muslimin berdasarkan ijma karena firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberikan Al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka”. [Al-Maidah:5]

Kata ‘tha’amuhum, maksudnya adalah sembelihan mereka berdasarkan ijma’ ulama. Karena selain sembelihan, seperti biji-bijian, buah-buahan dan lain sebagainya halal, baik berasal dari Ahli Kitab ataupun lainnya.
Kedua : Daging import dari negeri bukan negeri Ahli Kitab, seperti negeri komunis, negeri paganis (penyembah patung).
Daging-daging ini tidak boleh dikonsumsi oleh kaum muslimin, selama penyembelihannya tidak dilakukan oleh seorang Muslim atau seorang Ahlu Kitab (dengan cara penyembelihan yang sesuai syari’at, -red). Jika penyembelihannya diragukan agamanya, atau metode penyembelihannya diragukan, apakah dilakukan sesuai dengan tuntunan syari’at atau tidak, maka seorang muslim diperintahkan untuk berhati-hati dan meninggalkan yang syubhat (samar). Sedangkan (daging-daging) yang tidak mengandung syubhat sudah bisa mencukupi (mudah didapat).
Makanan itu sangat berbahaya, jika makanan itu keji (haram) ; karena akan memberikan makanan dengan makanan yang buruk. Dan daging-daging sembelihan itu memiliki kepekaan (sensitifitas) yang besar. Oleh karena itu, disyaratkan pada daging-daging sembelihan itu berasal dari orang-orang yang berhak melakukan penyembelihan, yaitu orang-orang Muslim atau Ahli Kitab, dan cara penyembelihannya dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat. Jika dua syarat ini tidak terpenuhi, berarti daging itu merupakan bangkai, sedangkan bangkai itu (hukumnya) haram.
Kesimpulannya, daging-daging yang ditanyakan ini, jika diimport dari negeri Ahli Kitab dan disembelih sesuai dengan tuntunan syari’at, maka daging ini boleh dikonsumsi. Sedangkan jika disembelih tidak sesuai dengan tuntunan syari’at, seperti dengan menggunakan sengatan listrik atau semacamnya, maka (demikian) ini haram.
Jika urusan ini masih samar pada anda, maka tinggalkan daging-daging itu dan beralihlah kepada yang tidak mengandung syubhat. Wallahu a’lam” Mengenai masalah daging yang tidak disembelih oleh orang yang tidak sholat, beliau memfatwakan dalam Kitab Al-Muntaqa min Fatawa Fadhilatisy Syaikh Shalih bin Fauzan, 5/324, sebagai berikut :“Daging yang dijual di pasar-pasar kaum muslimin dari hewan-hewan yang disembelih di negera-negara Islam hukum asalnya adalah halal, alhamdulillah. Dan tidak perlu ditanyakan tentangnya, selama belum jelas atau tidak terbukti bahwa daging itu berasal dari sembelihan yang tidak sesuai syari’at.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang satu kaum yang baru masuk Islam, mereka membawa daging ke pasar-pasar kaum muslimin, dan tidak diketahui apakah mereka menyebut nama Allah ketika menyembelih ataukah tidak, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jawaban. “Hendaklah kalian membaca bismillah dan makanlah” [Hadits Riwayat Bukhari 6/226 dari Aisyah]
Maksudnya, bacaan basmalah ketika hendak makan. Sehingga keraguan yang ada pada benak para penanya tidak memiliki kesempatan untuk menjadikan daging-daging itu haram, wallahu a’lam.
Sedangkan kondisi orang-orang yang dipertanyakan yang meremehkan shalat berjama’ah, tidak mesti mengakibatkan hasil sembelihan mereka menjadi haram. Karena meninggalkan shalat berjama’ah, meskipun itu merupakan perbuatan haram (berdosa), namun perbuatan itu tidak mengeluarkan dari Islam, dan pelakunya tidak dianggap kafir.

Wallahu’alam bishowab. Semoga dapat diambil faidahnya
Diolah dari berbagai sumber, salah satunya dari Abu Al Maira

masalah pendidikan indonesia

Peran Pendidikan dalam Pembangunan

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya.

Apa jadinya bila pembangunan di Indonesia tidak dibarengi dengan pembangunan di bidang pendidikan?. Walaupun pembangunan fisiknya baik, tetapi apa gunanya bila moral bangsa terpuruk. Jika hal tersebut terjadi, bidang ekonomi akan bermasalah, karena tiap orang akan korupsi. Sehingga lambat laun akan datang hari dimana negara dan bangsa ini hancur. Oleh karena itu, untuk pencegahannya, pendidikan harus dijadikan salah satu prioritas dalam pembangunan negeri ini.

Pemerintah dan Solusi Permasalahan Pendidikan

Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU Pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.

Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.

Kondisi ideal dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal hingga tingkat SMA tanpa membedakan status karena itulah hak mereka. Namun hal tersebut sangat sulit untuk direalisasikan pada saat ini. Oleh karena itu, setidaknya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam dunia pendidikan. Jika mencermati permasalahan di atas, terjadi sebuah ketidakadilan antara si kaya dan si miskin. Seolah sekolah hanya milik orang kaya saja sehingga orang yang kekurangan merasa minder untuk bersekolah dan bergaul dengan mereka. Ditambah lagi publikasi dari sekolah mengenai beasiswa sangatlah minim.

Sekolah-sekolah gratis di Indonesia seharusnya memiliki fasilitas yang memadai, staf pengajar yang berkompetensi, kurikulum yang tepat, dan memiliki sistem administrasi dan birokrasi yang baik dan tidak berbelit-belit. Akan tetapi, pada kenyataannya, sekolah-sekolah gratis adalah sekolah yang terdapat di daerah terpencil yang kumuh dan segala sesuatunya tidak dapat menunjang bangku persekolahan sehingga timbul pertanyaan ,”Benarkah sekolah tersebut gratis? Kalaupun iya, ya wajar karena sangat memprihatinkan.”

Penyelenggaraan Pendidikan yang Berkualitas

”Pendidikan bermutu itu mahal”. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, — sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.

Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang kadang berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”.

Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.

Privatisasi dan Swastanisasi Sektor Pendidikan

Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).

Dalam APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.

Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.

Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia, privatisasi pendidikan merupakan agenda kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi.

Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Perancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan.

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan.***

sungkeman penganten adat sundah

Ngawitan

Bismillahirrohmanirrohim.

Kalayan nyebat Asma Pangéran, Dzat anu Mahawelas tur Mahaasih. Seja kaula ngawitan mituturan dua pasang manusa anu kiwari parantos ngahiji kalayan widi Gusti Nu Mahasuci ngalangkungan jalan jatukrami.

Dina ngawitan ngambah ngabaladah sagaraning kahirupan, teu pisan-pisan urang samudayana anu sami kersa sumping, kalayan ridlo lillahi ta’ala ngagebregkeun jiad pangdu’a ka dua mempelai. Ngalangkungan du’ana Rasululloh SAW. Mangga urang ‘aos sasarengan :

Bismillah ….

Baarokallohu laka wabaroka ‘alaika wa jama’a bainakuma fi khoiir

(Mugia kabarokahan sareng kasinugrahaan Alloh tumetep euntreup, nyanding mipir ngabanding, lamokot geugeut ka hidep duaan, sareng pamudah-mudahan hidep duaan dikumpulkeunana ku Alloh téh sinanding jeung kasaéan, amin).

Mangga ka pasang panganten, geura lumampah nyaketan kana pangkonan ibu rama

A’udzubillahi minasy syaithonirrojim

Wawashshoinal insaana biwaalidaihi hamalathu ummuhu wahnan ‘ala wahniw wafishooluhuu fii ‘aamaini anisykurlii waliwaalidaika ilayyal mashiir (Luqman : 14)

“Jeung Kami geus marentahkeun ka manusa (pikeun ngabakti) ka indung bapana; indungna geus ngakandung manéhna dina kaayaan lemah anu kalangkung-langkung lemahna, jeung indungna ngasuh manéhna salila dua taun. Kudu syukuran ka Kami jeung ka indung bapa manéh, ngan ka Kami wungkul manéh mulang ka asal. (Luqman : 14)

Kasép, Geulis.

Heup eureunkeun lengkah anjeun duaan dipayuneun ibu rama. Teuteup kalawan geugeut pameunteu marantenna. Sawang ku hidep duaan ka alam ka tukang anu jauh narawangan. Pék patepungkeun paneuteup ajeun jeung paneutep indung bapa. Bayangkeun kua hidep yén dina satétés getih anu ngalémpéréh, sahégak nafas anu ngadami dina angen. Pék rarasakeun ku hidep ratugna jajantung, rénghap ranjugna rarasaan. Tamperkeun dina sirah, seuseup ngaliwatan napas lalaunan singreup alon-alon, kalayan rarasakeun yén hidep téh keur nyeuseup kanyaah jeung kahémanna indung bapa.

Prak, mangga ujang-nyai. Kasép – Geulis, geura nyaluuh kana lahunan indung.

Saméméh hidep duaan barang pénta kanu jadi indung, pék haturananan heula tawis rasa tumarima ngalangkungan basa ka anjeuna. Kalayan dimimitian ku keretegna manah. Uningakeun kanu janten ibu, kieu unina : “Mamah, dina danget ieu kalayan syaré’atna disakséni ku kadang wargi anu hadir di dieu, hakékatna disakséni ku Alloh SWT, langkung tipayun abdi seja ngahaturkeun rebu nuhun laksa ketik kabingahan kana kasaéan anu parantos dipaparinkeun ka abdi. Abdi jelas kahutangan ku Mamah, ti kawit abdi di kandung anu ilaharna salami salapan sasih, tangtos kapayahan anu langkung-langkung. Siang kalayan wengi Mamah teu weléh sumujud ka Rabbul ‘Izzati, tumamprak ka Gusti Alloh neneda palay dipaparin putra-putri anu sampurna salamet, waluya sapuratina.

Kasawang ku abdi kasusah Mamah, nalika bureuyeungan, seunggah gulang gasahan. Patuangan nyelekit beuki narikan. Celekit dina parindikan, jeletot dina bobokong, reyang-reying teu betah cicing. Harita basa tengah peuting Mamah humarurung nyalira. Sakawitna moal ngageumpeurkeun balaréa. Sugan jeung sugan kanyeri dina patuangan bakal ngurangan. Nanging sanés ngurangan nyeri anu aya, malihan tambih-tambih nyeri. Harita, Mamah ngajerit maratan langit ngocéak maratan jagat. Ménta tulung, ménta nyalindung.

Mamah parantos béak déngkak nahan kanyeri jeung kapeurih. Luut léét kesang badag, késang leutik burayoan maseuhan sakujur salira. Guyang darah, mandi getih, sakapeung dibarung ku kasusah, sakapeung haté tugenah. Harita Mamah parantos ngaboreuhkeun jiwa raga, nyawa pingaraneunana. Anu namina ngajuru, luyu sareng istilahna. Hartina nyawa Mamah téh aya dina sajuruna deui.

Dina waktu Mamah ngalahirkeun abdi, Mamah bajuang dina tungtung hirup. Tanaga Mamah, engapan Mamah, kesang Mamah, cai soca Mamah, getih Mamah nyurugcug maseuhan bumi pikeun mélaan anu jadi anak.

Nalika gubrag si jabangbayi gumelar ka alam dunya, denghékna sora orok ceurik sataker kebek, ceurik munggaran anu minuhan wewengkon alam. Nya harita pisan basa ninggang kana wanci subuh abdi lahir ka alam dunya. Ti harita Mamah teu bisa kulem anu tibra, teu bisa léha-léha. Ngupahan tur ngabélaan nu jadi anak. Budak gering milu gering, budak rungsing henteu pusing. Mamah milampah sadaya kabutuh nu jadi anak dumasar kana kaikhlasan jeung ngagedurna rasa kanyaah anu taya wates wangenna.

Mamah, mugia dina danget ieu, wanci kiwari abdi ngésto tina lelembutan abdi anu pangjero-jerona, tina mamaras manah anu sadasar-dasarna abdi neda hampura tida samudaya dosa perdosa. Tinangtos dosa abdi anu janten putra moal kaétang seueurna. Abdi yakin sanajan sakumaha benduna, Mamah lautan hampura jembar manah tiasa ngahapunten ka abdi.

Deudeuh teuing kasép, geulis anak Mamah saleresna kasedih Mamah dina danget ieu lain kusabab kapusingna indung kanu jadi anak. Keun sagala kasalahan anu geus dipilampah kuhidep dina waktu anu ka tukang-tukang ku Mamah dihampura. Naning anu ngalantarankeun Mamah sedih danget ieu téh nyaéta kabeurat haté indung kanu jadi anak. Asa kamari hidep ku Mamah disééh, diakod-akod waktu orok, diméménan waktu budak. Harita basa hidep gégag-gégag diajar leumpang, bari sakapeung titotorojol ti kajauhan hidep tékah-tékah bari tuluy ngagabrug kana lahunan Mamah. Bungah amar wata suta haté anu jadi indung, nalika nu jadi anak tumuwuh mekar kalayan sampurna.

Kiwari, ti harita mangsa ngaliwat bari teu karasa. Geuning si kasép anu dihancleung-hacleung ku Mamah, si Geulis anu ditimbang-timbang ku Mamah teu sangka geuning geus sawawa, dewasa, manjing milampah rumah tangga. Nyukcruk galur sunnah Rasul, mapay lacak papagon agama. Samémangna parantos titis tulis ti ajalina, gurat qodar nu Mahakawasa. Hidep kiwari seja ngamimitian ngabaladah sagara rumah tangga. Geura bral miang, bébér layar tarik jangkar ku Mamah didu’akeun mugia sing tinemu jeung kabagjaan dunya katut ahérat.

Mangga kasép, geulis geura ingkah tina lahunan Mamah ngalih kana panggonan Bapa

Prak tumamprak, rep sidakep, sir budi cita rasa. Sagulung-sagalang sukma nu paanggang kiwari ngahiji dina seuseukeut kaasih kolot kanu jadi anak. Ujang, nyai – kasép, geulis. Sok puseurkeun panyawang hidep kana kanyaah nu jadi Bapa ka nujadi anak dina salila ngipayahan, nyumponan kabutuh hirup nu jadi anak. Sakapeung mah Bapa téh mindeng baringung, ditambah bangluh kasusah nalika teu bisa nyumponan kahayang nu jadi anak. Bapak rajeun ngalamun, mikiran tur narékahan kumaha carana sangkan kahayang nu jadi anak bisa kacumponan sapuratina.

Lamun indung disebutna tunggul rahayu, sedengkeun Bapa disebutna tangkal darajat. Kanyaah indung jeung bapa ka nu jadi anak layeut ngahiji ngawujud, ngajéngélék dina rupa anak. Nu matak dina jirim anak bakal pacampur tétésan-titisan indung bapana. Nya kitu deui dina akhlak jeung pamolahna bakal ceplés téés kanu jadi anak.

Bapa, rumaos abdi mindeng musingkeun ka Bapa. Dina danget kiwari clik putih jatining bersih, clak hérang jatining padang, ti luhur sausap rambut ti handap sausap dampal, getih satétéh ambekan sadami, kiwari abdi neda jembar hampura tinu jadi Bapa.

Baeu kasép, geulis. Malati lingsir na ati, angsana ligar ku mangsa. Hamo lingsir dina wanci, moal ligar dina mangsa. Kiwari wanci tur mangsana Bapa dumareuda wakca balaka ka hidep duaan. Sabenerna, gunung karahayuan, pasir kaasih, sagara kanyah Bapa kahidep téh mémang langka kakedal ku lisan, jarang karaba ku carita. Naning sanajan kitu, ngahunyudna kanyaah Bapa ka hidep téh tinangtos langkung-langkung kanyaah. Sabab, sagala rupa anu diusahakeun ku Bapa bélaan ngadua-duakeun huap, ti sruk-sruk tidungdung bélaan poho ka temah wadi, teu aya lian nyaéta mélaan nu jadi anak. Melak kai, ngingu sapi tur sagala cacawisan hirup taya lian nyaéta ngakirangan nu jadi anak.

Keun cuang teundeun kakeuheul anu geus harareubeul, cag cuang tunda kangéwa anu geus tiheula. Cuang ganti ku budi anu sajati, ku wajah anu marahmay. Sok ku Bapa kiwari hidep dihampura, sagala rereged, kaijid, kangéwa, tur kageuleuh Bapa kiwari balungbang timur caang bulan opat welas, jalan gedé sasapuan.

Cag, anaking geura tandang miang makalangan, geura milampah babarengan kalayan diwuwuh ku du’a nu janten sepuh. Dijiad ku panghiap nu jadi Bapa. Montong melang, tong salempang léngkahkeun sampéan bari ngucapkeun niat seja milampah tugasna Pangéran.

Tuh geuning, sagara tanpa tutugan. Sagara tanpa basisir geus ngagupayan ménta dikojayan. Geura bral undur tina pangkonan, geura hontal kasinugrahan. Hayu urang hirup babarengan, Bapa geus nyiapkeun kandaraan juang pikeun ngajugjug lembur pangharepan.

Sok didu’akeun ku Bapa lahir katut batin, mugia hidep duaan tinemu jeung kabagjaan.

Kamis, 14 April 2011

Rabu, 13 April 2011

penerimaan Murid Baru

Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2011-2012
MAN Tambakberas Jombang

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tambakberas Jombang berada di dalam pengawasan dan pembinaan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
MAN Tambakberas menerima peserta didik baru untuk program :
  1. Kelas Reguler
  2. Kelas Unggulan
  3. Kelas Keterampilan:
  • Keterampilan Otomotif (1 kelas Putra)
  • Keterampilan meubelair (1 kelas Putra)
  • Keterampilan Tatabusana (1 kelas putri)
Waktu & Tempat Pendaftaran,
Pendaftaran dibuka mulai tanggal 11 Juni 2011 s/d. 4 Juli 2011
Waktu : Pukul 08.00 – 13.00 WIB
Tempat : Kantor Pusat MAN Tambakberas (PP. Bahrul Ulum Tambakberas Jombang) Jl. Merpati Tambakberas Jombang.
Telp.(0321) 862352, 08283481330 Fax. (0321) 855537

Syarat Pendaftaran,
  1. Mengisi formulir pendaftaran
  2. Menyerahkan fotocopi ijazah dan SKHUN MTs/SMP yang telah di legalisir sebanyak 2 lembar.
  3. Menunjukkan Ijazah dan SKHUN aslinya.
  4. Menyerahkan fotocopi NISN (Nomor Induk Siswa Nasional) sebanyak 2 lembar.
  5. Menyerahkan pas photo hitam putih 3x4 sebanyak 12 lembar.
  6. Menyerahkan fotocopi Kartu Keluarga (KK) sebanyak 2 lembar.
  7. Menyerahkan fotocopi prestasi akademik (sertifikat/piagam) bagi yang memiliki, masing-masing 2 lembar.
  8. Membayar biaya pendaftaran Rp 75.000,- .
  9. Menyerahkan fotocopi hasil test IQ, bagi yang memiliki, sebanyak 2 lembar.
Waktu Tes Seleksi
Tes dilaksanakan pada hari Selasa, 5 Juli 2011 jam 08.00 – 12.00 WIB.

Materi Tes,
Materi yang diujikan:
  1. Kelas Reguler : Tes tulis dan praktik ibadah serta baca Al-Qur’an.
  2. Kelas Unggulan: (1) Ujian Tulis: Matematika, IPA/sains, Bahasa Inggris, dan (2) Ujian Praktik: Praktik Ibadah, Membaca Al-Quran.
  3. Kelas Keterampilan: (1) Ujian Tulis: Pengetahuan Dasar tentang Keterampilan dan (2) Ujian Praktik: Praktik Ibadah, Membaca Al-Qur’an.
Pada saat tes, peserta wajib membawa pencil 2B (koreksi menggunakan scanner).

Pengumuman Hasil Tes,
Pengumuman hasil tes pada hari Rabu, 6 Juli 2011 jam 08.00 WIB

Daftar Ulang,
Bagi calon siswa yang LULUS seleksi harus melaksanakan daftar ulang dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Pelaksanaan daftar ulang, sejak tanggal 6 – 7 Juli 2011

Masa Orientasi Siswa (MOS)
Pembelakalan siswa baru dilaksanakan pada hari Jum'at, 8 Juli 2011.
MOS dilaksanakan tanggal 9 – 11 Juli 2011

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Dimulai Senin, 11 Juli 2011

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons